Guru-guru SD Alam Al Ghifari
Alhamdulilllah...SD Alam Al Ghifari memiliki ustadz/ ustadzah tangguh dan bisa menjadi panutan yang baik bagi anak didiknya. Cheeeeeeeeeeeesssssssss...tetap narsis ya. (^_^).
Market Day Melatih Jiwa Bisnis Anak
Kegiatan ini membantu melatih anak untuk bisa berwirausaha, berjiwa sosial, bersikap cermat, teliti dan ekonomis.
Menanam Ciri khas Sekolah Alam
Menanam tidak hanya menumbuhkan minat anak untuk mencintai tanaman tetapi juga membantu perkembangan psikologisnya.
Kegiatan Ektra wajib Pramuka SIT
Bersifat fleksibel dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman dengan tujuan mencapai kemandirian, kedisiplinan, jiwa sosial tinggi dan menciptakan leadership yang luar biasa.
Outbond Melatih Karakter Tangguh
Menciptakan jiwa yang tangguh, semangat luar biasa, dan berani menghadapi tantangan.
LIVE IN Melatih Jiwa Sosial Tinggi
Menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial sehingga dalam kehidupan ini dibutuhkan berbagi dengan orang lain.
Life Skill Melatih Bakat Anak
Menumbuhkan rasa percaya diri anak bahwa dalam dirinya tersimpan berjuta bakat yang luar biasa.
Karya Guru
Lomba Olimpiade TIK
Lomba yang akan diikuti untuk jenjang SD adalah 1. Lomba membuat Web/Blog untuk guru, 2. Menggambar menggunakan paint, 3. lomba Game Edukasi
Nilai UN terbaik dan tertinggi SD kota Blitar 2013
Penanaman Nilai Akhlak dan Moral Pada Anak
etapa mirisnya wajah Indonesia yang hampir tiap hari disajikan televisi melalui siaran berita, seperti kasus pemerkosaan, tawuran, dan tindakan-tindakan kriminal yang seringkali menyebabkan jatuhnya korban, baik itu korban luka-luka hingga berujung kematian. Yang membuat lebih miris dari semua itu adalah usia para pelaku yang masih berstatus pelajar. Bahkan banyak di antara mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Terbesit banyak pertanyaan dalam benak kita, “Ada apa dengan anak bangsa ini?” Marilah kita sebagai orang tua dan guru yang hakikatnya sama-sama berperan sebagai pendidik untuk merenungkan sejenak masalah ini hingga akhirnya tumbuh kepedulian tuk merubah wajah anak negeri.
Setiap anak yang tumbuh dan berkembang, sebelum ia mengalami proses pendidikan di sekolah, sejatinya berasal dari rumah tempat ia menjalani hari-harinya bersama keluarga. Karena itu orangtualah yang memegang peran yang sangat penting dalam hal pendidikan anak, walaupun ada beberapa kondisi yang menyebabkan anak tidak bisa mendapatkan pendidikan dari orang tuanya, seperti anak yatim piatu semenjak lahir, anak yang dibuang oleh orang tuanya dll. Tetapi dalam kondisi normal, orang tua merupakan pendidik anak yang pertama dan utama. Bahkan dalam Al-Qur’an serta Sunnah banyak sekali ditegaskan tentang pentingnya mendidik anak bagi para orang tua. Anak yang terdidik dengan baik oleh orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang pandai menjaga dirinya dari pengaruh buruk lingkungan, karena ia telah dibekali oleh ilmu tentang hidup dan kehidupan yang di dalamnya terdapat ilmu yang paling bermanfaat yaitu ilmu agama.
Banyak sekali sekolah-sekolah yang memfasilitasi kita untuk menjadi seperti apa yang kita cita-citakan walaupun tidak selalu terwujudkan, ingin menjadi dokter ada sekolahnya, ingin menjadi guru juga ada sekolahnya begitupun dengan Profesi lain. Tetapi adakah sekolah untuk menjadi orang tua? Padahal setinggi apapun karier kita dalam profesi tertentu, sejatinya kita akan tetap menjalani fitrah yang sama yaitu menjadi orang tua, walaupun tidak semua orang ditakdirkan Allah SWT untuk dapat memiliki anak, maka bersyukurlah bagi kita yang diamanahi Allah SWT anak-anak yang menjadi penyejuk mata dan harapan di masa yang akan datang.
Setiap orang tua harus senantiasa belajar tentang ilmu mendidik anak karena tidak ada Sekolah khusus untuk menjadi orang tua. Tetapi banyak sekali yang dapat memfasilitasi hal itu jika kita bersungguh-sungguh ingin belajar menjadi orang tua yang baik, terutama di zaman ini dimana perkembangan ilmu dan teknologi begitu cepat dan mampu menembus ruang dan waktu. Orang tua yang memiliki bekal ilmu dalam mendidik anak akan sadar tentang pentingnya pendidikan anak sejak usia dini bahkan sejak anak masih berada di dalam rahim ibu, bahkan menurut penelitian, kondisi ibu saat hamil sangat mempengaruhi akhlak anak, bila ibu mampu menjaga diri dari makanan-makanan yang tidak halal dan juga perilaku-perilaku yang tidak terpuji Insya Allah anak yang lahir akan menjadi anak yang sholeh. Karena tidak ada bayi yang terlahir kecuali suci, namun ia mencontoh dari orang tua, tontonan televisi/media, guru dan lingkungan pergaulannya.
Peran Ayah
Selain faktor kondisi ibu, ada hal lain yang tak kalah pentingnya dalam pendidikan anak sejak dini yaitu peran ayah yang merupakan patner ibu dalam membentuk generasi yang tangguh dalam menghadapi tantangan zaman. Sejak anak masih berada dalam kandungan, peran suami dalam memberi dukungan serta kasih sayang pada istrinya dapat mempengaruhi kondisi kehamilan, bayi yang berada dalam kandungan ibu pun harus diajak berinteraksi oleh ayah dan ibunya sebagai tahap awal dalam mendidik anak. Selain itu memperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an juga terbukti dapat meningkatkan kecerdasan anak terutama kecerdasan emosi dan spiritual.
Dalam program Make Indonesia Strong from Home, seorang pemerhati anak yang biasa di panggil Ayah Edy, mengajak kita untuk membentuk masyarakat yang beradab dengan dimulai dari rumah kita masing-masing, dengan cara mendidik diri kita untuk menjadi orang tua yang dapat mendidik anak-anak kita secara benar, menjalankan kewajiban-kewajiban kita sebagai orang tua dan memberikan apa yang menjadi hak anak-anak kita. Ternyata banyak sekali faktor yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah anak diantaranya kondisi rumah yang tidak harmonis dimana orang tua mereka tidak dapat menjadi tempat yang nyaman bagi mereka untuk mereka berbagi rasa. Bahkan tidak jarang dari mereka yang mendapat kekerasan dari orangtuanya baik itu secara fisik maupun secara psikis dan lebih memprihatinkan lagi diantara mereka pun mendapatkan kekerasan seksual dari orangtuanya.
Hal-hal itulah yang membuat karakter mereka menjadi cenderung senang berbuat kekerasan, karena merekapun dibesarkan dengan kekerasan, jadi ada semacam pelampiasan di mana mungkin mereka tidak dapat melampiaskannya kepada orang tua yang telah memperlakukan mereka dengan kekerasan maka mereka melampiaskannya kepada orang lain. Padahal Rasulullah adalah manusia yang bersikap lemah lembut terutama pada anak-anak.
Kekerasan yang di terima anak dari orang tuanya di rumah dapat menjatuhkan harga diri anak sehingga membuat mereka mencari penghargaan dari lingkungan di luar rumah terutama dari teman-teman. Mereka menjadi pribadi yang rapuh dan labil, mudah terpengaruh dan melakukan apapun agar mendapatkan pengakuan akan eksistensi mereka. Merokok agar dibilang hebat, bergabung dengan sebuah komunitas agar dibilang gaul, berpenampilan aneh agar di bilang trendy, hingga terjerumus dalam narkoba yang dianggap dapat membuat segala masalah mereka menjadi hilang, dan pergaulan bebas untuk mencari kasih sayang yang tidak mereka dapatkan di rumah kemudian akhirnya berzina untuk mendapatkan kenikmatan sesaat. Naudzubillah.
Lingkungan yang buruk membentuk anak menjadi seorang yang berkarakter buruk, menyelesaikan masalah dengan kekerasan, dan dengan kekerasan mereka menganggap masalah akan selesai padahal kekerasan yang dilakukan akan menimbulkan kekerasan yang lain. Sebagai contoh adalah kasus tawuran yang sekarang ini marak terjadi, kebanyakan pemicunya adalah kekerasan yang dilakukan baik itu berupa bullying yang diterima oleh seseorang baik itu berupa ejekan, hinaan, maupun kekerasan fisik yang berujung timbulnya rasa solidaritas dari komunitas orang itu untuk melakukan pembalasan terhadap apa yang dilakukan pada teman mereka kemudian terjadilah penyerangan yang selalu berkelanjutan. Andai mereka tahu bahwa kekerasan tidak pernah dapat menyelasaikan masalah bahkan hanya membuat masalah yang baru.
Peran Guru
Begitupun dengan pentingnya peran guru dimana anak-anak itu bersekolah, begitu kagetnya kita saat melihat di televisi ada oknum guru yang melakukan kekerasan pada anak didiknya ditambah sistem pendidikan yang terlalu fokus pada nilai ujian ketimbang penanaman nilai akhlak. Guru yang seharusnya menjadi orang yang di gugu dan ditiru terkadang belum memahami betapa mulia tugas yang di embannya yaitu sebagai pendidik generasi.
Selama ini banyak dari para guru hanya menjalankan tugasnya sebagai pengajar bukan sebagai pendidik. Bagi mereka yang terpenting target kurikulum sudah mereka sampaikan pada anak didik tanpa memberi ruh pada setiap apa yang mereka sampaikan. Karena itu negeri ini merindukan hadirnya guru-guru seperti bu Muslimah dalam Film Laskar Pelangi, Ustadz Salman dalam Negeri Lima Menara dan guru-guru lain yang ternyata ada dalam kehidupan nyata dan mampu menginspirasi anak-anak didik mereka tuk menjadi sukses.
Tampaknya pemerintah pun perlu belajar dari negeri-negeri lain seperti Jepang yang begitu menghargai profesi guru sehingga diharapkan dengan penghargaan yang layak, guru-guru negeri ini dapat termotivasi tuk lebih maksimal lagi dalam meningkatkan kualitas diri mereka sebagai pendidik dan tak lagi sibuk berdemo untuk meminta kenaikan gaji karena kesejahteraan hidup mereka yang kurang, sementara itu anak-anak murid mereka menjadi terbengkalai hak-haknya untuk mendapatkan pendidikan.
UAN Bikin Stres
Wajah anak-anak negeri inipun dipenuhi dengan beban-beban psikis tak hanya mereka dapatkan dari rumah tetapi dari sekolah yang menerapkan sistem Ujian Akhir Nasional (UAN) yang membuat mereka stres, jika dibandingkan dengan negara Finlandia yang merupakan negara dengan sistem pendidikan terbaik No 1 sedunia. Maka Indonesia harus belajar bagaimana negara Finlandia menerapkan ujian nasional berupa ujian moral bukan ilmu pengetahuan umum seperti di negara kita. Untuk Ilmu Pengetahuan Umum, pemerintah mereka menyerahkannya kepada sekolah masing-masing karena dianggap sekolahlah yang paling mengetahui sejauh mana materi yang telah disampaikan oleh para guru dan sejauh mana kemampuan anak didik mereka.
Tetapi sistem pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah Finlandia sangat berpengaruh pada karakter warga negaranya, di Finlandia jika mereka tidak sengaja menyenggol orang ketika sedang berjalan maka mereka akan langsung meminta maaf bandingkan dengan di negara kita banyak kasus perkelahian yang terjadi hanya karena tidak sengaja menyenggol seseorang. Untuk urusan tindak kriminal pun di Finlandia memiliki presentase yang terendah, bahkan katanya walaupun kita memparkir kendaraan kita tanpa menguncinya, kita tetap merasa aman. Subhanallah, bukankah wajah negeri seperti itu yang seharusnya menjadi wajah Indonesia dimana mayoritas warganya beragama Islam?
Mari perhatikan anak-anak yang harus mengikuti sistem pendidikan negara ini, menjelang UAN mereka tampak stress, berbagai ritual mereka ikuti mulai dari teriak massal yang diyakini dapat membuang stress dan menciptakan rasa lega, bahkan diantara mereka mengikuti ritual yang bernuansa klenik. Tidak selesai di situ, pada saat UAN tiba beberapa sekolah tertangkap tangan sedang memberikan contekan demi meluluskan anak didiknya. Bagaimanakah anak-anak negeri ini dapat menjadi wajah penuh kebaikan jika hidup dalam lingkungan yang keras dan penuh ketidak jujuran, orang tua dan guru yang mestinya menjadi teladan kebaikan tetapi malah mengajarkan hal yang sebaliknya.
Masih lekat dalam ingatan kita tawuran yang terjadi antara pelajar SMK Kartika Zeni dan SMA Yayasan Karya 66 . Akibat tawuran itu satu orang pelajar tewas. Beberapa tersangka tawuran berhasil diamankan oleh pihak berwajib, saat Menteri Pendidikan M.Nuh bertanya kepada salah seorang pelaku pembunuhan tentang bagaimana perasaannya, dengan santainya ia menjawab “ saya puas telah membunuhnya.” Satu hal lagi yang perlu kita ketahui, bahwa pelaku tawuran yang membunuh rekannya sesama pelajar di Bulungan merupakan siswa yang semasa SMP selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya. Ternyata kepintaran siswa/I kita tidak lantas menjadikan mereka pribadi yang berakhlakul karimah.
Semua masalah yang terjadi pada anak-anak negeri ini bagaikan mata rantai yang saling berkaitan satu sama lain. Karenanya sebagai orang tua, guru dan juga pemerintah harus saling mendukung dalam hal pendidikan anak. Peran orang tua adalah menjadi pendidik anak yang utama, dan harus diingat bahwa mendidik anak bukan hanya tugas seorang ibu, tetapi kehadiran seorang ayah dalam hal mendidik anak juga tidak kalah pentingnya. Bukankah di dalam Al-Qur’an begitu banyak ayat-ayat yang mengabadikan kisah para ayah yang mendidik anaknya untuk senantiasa beribadah kepada Allah SWT diantaranya kisah Lukman dengan anaknya serta Nabi Ibrahim as dengan Nabi Ismail as anaknya.
Sementara yang terjadi pada saat ini banyak anak-anak kita kehilangan figur seorang ayah, bagi mereka ayah adalah sosok yang harus ditakuti, karena ayah menempatkan diri hanya sebagai pemberi nafkah dan orang yang memiliki kekuasaan atas istri dan anak-anaknya bukan sebagai teladan yang dapat dijadikan sahabat untuk berbagi sehingga tercipta suasana penuh keakraban yang membuat anak merasa aman dan nyaman. Ibu dan ayah hendaknya selalu meluangkan waktu membuka komunikasi dengan anak, mendengarkan pendapat serta perasaan anak, berdiskusi dengan anak tentang perilaku baik dan buruk serta konsekuensinya, dan semua itu harus dikemas dalam nilai-nilai agama yang berorientasi pada akhirat.
Sebagai orang tuapun hendaknya menjadikan rumah sebagai tempat dimana anak merasa nyaman sehingga kemanapun anak pergi, ia dapat merasakan kerinduan untuk kembali ke rumah karena di rumah ia mendapatkan apa yang ia butuhkan, dan rumah yang ternyaman adalah rumah yang senantiasa menghadirkan Allah SWT di dalamnya, rumah yang menjadi Baiti Jannati, surga sebelum surga yang sebenarnya. Jika orang tua selalu menghadirkan Allah SWT dalam diri anak, maka anak akan selalu merasakan pengawasan Allah SWT dalam setiap tindak tanduknya.
Oleh sebab itu sebagai orang tua marilah kita sama-sama memperbaiki pola asuh kita, anak adalah amanah Allah SWT yang akan kita pertanggung jawabkan di hadapanNya kelak. Begitupun peran guru yang menjadi pengganti orangtua di sekolah, guru pun memiliki peran penting dalam membentuk akhlak anak didiknya dan pemerintah harus memberikan perhatian yang besar dalam memperbaiki sistem pendidikan yang lebih ramah anak dan lebih menitik beratkan kepada Nilai Akhlak dan Moral.***Wallahu a’lam.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/05/08/32891/penanaman-nilai-akhlak-dan-moral-pada-anak/#ixzz2TEZ4hCXY
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
pemgumuman seleksi guru tahun 2013
No
|
Nama
|
Tempat Tanggal lahir
|
Perguruan Tinggi
|
1
|
Zakiyah Rohmawati, S.Pd.SD
|
Blitar, 16 Maret 1985
|
Universitas Negeri Malang
|
2
|
Anita Widia Wati H
|
Blitar, 19 Januari 1991
|
STAIN Tulungagung
|
3
|
Triana Susanti, S.Pd
|
Blitar, 28 Desember 1990
|
Universitas Negeri Malang
|
Mengetahui
ketua Yayasan
ttd
Nurhadi,
S.Pd
|
Kepala
Sekolah
ttd
Asep
Yanto, S.Pd.T
|
PENGUMUMAN PENERIMAAN SISWA BARU TAHUN 2013
SISWA YANG DINYATAKAN DITERIMA | |||
SD ALAM AL GHIFARI | |||
TAHUN PELAJARAN 2013/2014 | |||
NO. | NAMA | NO | NAMA |
1 | Abdurrauf Fatan Ibadurrahman | 41 | Muhammad Bintang Da'watana |
2 | Ahmad Ardi Rosikhi | 42 | Muhammad Shofil Fuadi |
3 | Ahmad Tegar | 43 | Muthia Nida Afifah |
4 | Akmal Fadhil Ammar | 44 | Naily Afifaturizka |
5 | Ana Nafizha F. | 45 | Nayla Syafyra Syabyn |
6 | Ananda Ali Akbar | 46 | Nushroh Ilahiyah |
7 | Ashma' Imamatul Ilmia | 47 | Ozu Dana Rizqia Putra |
8 | Aufi Lana Karima | 48 | Queena Faizah Efendi |
9 | Aura Nasywa Zahiya | 49 | Salsabil In'amzubaidah N. |
10 | Aurel Pandu Pratama | 50 | Shinta Ayu Rahmawati |
11 | Aurelia Putri Wida | 51 | Shofiatul Muna |
12 | Azizah Hafsoh Ramadani | 52 | Soraya Rahmadhani Elwiana Haque |
13 | Dani Yuta Rahmansyah | 53 | Syauqu Syahid Firdausi |
14 | Dhafina Izzati Najwa | 54 | Syifa Anindita Az'Zahra |
15 | Dia Fiorentina Putri Cantika | 55 | Taraka Yunita |
16 | Fahrizal Deo D. | 56 | Wildan Mar'I Muhammad |
17 | Faihanah Nabila Putri | 57 | Zahra Maharani Faiza |
18 | Faris Al Hakim | 58 | Zaki Joana |
19 | Fatih Bintang Al Baqiy | 59 | Zidna Rahmatika |
20 | Fazia Farhah M. | 60 | Zidni Robby Rodhiya |
21 | Felda Labib Widyadhana | 61 | Vania Nurfika Ning R |
22 | Firdaus Dida Al Zacky | ||
23 | Gagah Gerrard Satriya R. | ||
24 | Galang Amru | NAMA-NAMA BERIKUT DINYATAKAN | |
25 | Hafiyah Rafa'alhaq | DITERIMA TAPI HARUS MENGIKUTI MIR | |
26 | Hanif Arya Wicaksono | 62 | Lintang Aji P. |
27 | Ihsan Abdurrahman Al Farisi | 63 | Ahmad Mufid C. |
28 | Ihsanul Hilmi Amrullah | 64 | Qotrunnada M. |
29 | Inas Asami El Murtadho | 65 | Rosyda Kamila . |
30 | Inas Nafisah Laksono | ||
31 | Jill Maxi Limpar Religi | SISWA PINDAHAN YANG DINYATAKAN | |
32 | Kamila Fatin Hamizah | DITERIMA | |
33 | M. Alfian Fuad Naqi Dzulfikri | 66 | Zaskia Nurul H. |
34 | M. Farrel Khansa G. | 67 | Maitsam Kadzim |
35 | M. Hernan Crespo Umar Khadafi | 68 | Alvi Auliya R. |
36 | M. Rafif Sandya M. | ||
37 | M. Raihan Thoriqun Nawwar | ||
38 | M. Reno Wahyudi | Blitar, 22 April 2013 | |
39 | Mazaya Kayyisa Naufa Rufaida | Mengetahui, | |
40 | Mohammad Dliyatur Rusydi | Kepala SD Alam Al Ghifari Blitar | |
ASEP YANTO, S.Pd.T |
MIR pertama di Sd alam Al Ghifari
pelatihan pembelajaran al quran metode otak kanan
lowongan guru sd alam al ghifari
Muslim pria/wanita
Cinta anak2
Berakhlak baik
Pembelajar cepat
Dapat bekerja dalam tim
Usia maksimal 30 tahun
Pendidikan akhir D3 atau S1
8 Jurus meraih yang terbaik
Nah, sebuah solisi yang menarik ketika dalam hati kita terbesit keinginan untuk menjadi lebih baik lagi dari karakter kita sekarang. Pada dasarnya sebuah perubahan adalah sebuah proses pembiasaan dari karakter baru yang kita ingginkan dan untuk membentuk karakter baru tersebut di butuhkan waktu yang panjang dengan komposisi pembiasaan yang dilakukan sedikit demi sedikit sesuai dengan porsinya, yang kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui perlu tidaknya porsi tersebut di naikkan. Untuk memudahkan mensiasatinya, nah ada delapan jurus maut untuk melanggengkan sebuah komitmen kita, jurusnya apa? Nih saksikan dia adalah:
Jurus Pertama,
Pastikan niat yang kuat untuk berubah menjadi lebih baik dan tidaklah hanya di dalam hati saja. Sampaikan juga kepada seseorang. Alangkah baiknya kita ikrarkan di depan guru ngaji kita, orang tua kita, pasangan hidup kita, atau kepada orang yang kita anggap bisa memantau kita. Hal seperti itu biasa dilakukan kalangan sufi. jika mau mengamalkan ibadah tertentu, misalnya puasa Daud, seorang murid sufi membaiat gurunya. Namanya baiat amal. Dengan begitu si murid punya komitmen lebih. Jika tidak menjalankan baiatnya, yaitu puasa Daud, si murid bukan saja malu kepada Allah, tapi juga. malu kepada gurunya. Kan , begitu biasanya, orang lebih malu kepada manusia ketimbang malu kepada Allah swt.
Jurus Kedua,
Jangan serakah! Anda tidak boleh berkeinginan melakukan semua ibadah sekaligus. Bisa bisa semua kagak dilakuin. Ingat falsafah makan. Bayi tidak kita kasih makanan nasi lengkap dengan lauk pauk yang beraneka ragam. Tapi, dimulai dengan ASI dulu. Enam bulan kemudian baru dikenalkan dengan bubur. Setelah punya gigi, bubur tim cocok untuknya. Kalau udah jadi bocah, baru diberi makanan yang sama dengan orang tuanya. Itu pun bukan yang pedas pedas.
Begitu juga dalam beribadah. Mulailah satu per satu. Dari yang mudah dulu. Prinsipnya, biar sedikit yang penting awet. Dan, kalau perlu Anda harus punya ibadah gacoan. Eh ... . ini bener! Bilal bin Rabah masuk surga kan karena wudhunya gak putus putus. Kalau batal, wudhu lagi. Kisah tiga orang yang terperangkap di gua juga begitu. Mereka bertawashul dengan ibadah gacoan nya itu. Hasilnya, batu penutup pintu gua pun bisa disingkirkan.
Jurus Ketiga,
Buat check list atau media pemantau. Fungsinya untuk memantau kekonsistenan kita dalam ibadah. Jangan andalkan daya ingat. Contrengan di check list lebih akurat menggambarkan disiplin dan mood kita dalam beribadah.
Jurus Keempat,
Paksakan diri untuk selalu berdisiplin. Dalam situasi apa pun juga. Sebab, memanjakan diri sedikit saja dengan ketidakdisiplinkan persis dengan membuat lobang kecil di bendungan. Akibatnya, tentu saja bendungan itu akan jebol.
Jurus Kelima,
Cari teman yang punya komitmen yang sama dengan kita. Ini penting. Disamping untuk membentuk lingkungan yang kondusif, juga kita bisa melakukan aktivitas ibadah bersama sama. Siapapun tahu komunalitas bisa menguatkan niat. Dalam urusan yang negatif saja begitu. Misalnya, kalau bolos kuliah sendirian ada perasan bersalah. Tapi, kalau bareng bareng sepuluh orang perasaan itu hilang. Berantem sendiri sangat menyeramkan. Tapi, tawuran bersama teman satu sekolahan, lain lagi.
Begitu juga ibadah. Shalat tahajiud sendirian terasa berat nian. Namun, kalau bareng bareng lain pasti adu panjang bacaannya. Jadi, beribadah bareng teman banyak manfaatnya. Selain bisa menguatkan komitmen, juga bisa memvariasikan aktivitas. Misalnya, buka puasa bersama setiap hari kamis sambil setor hafalan Alquran atau hadits. Bisa juga shalat lail plus sahur Seninan bareng.
Jurus Keenam,
Usahakan saling pantau dengan teman. Check list kalau tidak ada yang ngontrol juga percuma dibuat. Kalau guru ngaji kita sibuk, sahabat kita pun bisa didayagunakan untuk memantau grafik, ibadah kita.
Jurus Ketujuh,
Lapangkan dada untuk menerima nasihat. Ini perlu. Sebab, biasanya orang salah atau lalai cenderung membuat seribu satu alasan. Itu biasa. Memang mekanisme pertahanan diri itu ada pada diri siapa pun. Tapi, kalau ingin jadi orang shalih dalam teribadah, tentu tidak begitu caranya. Koreksi dan nasihat justru diperlukan untuk memetakan kelemahan kita. Dengan begitu kita punya arah untuk memperbaiki diri. Yang kita siapakan Cuma dada yang lapang untuk mau melihat peta 'salah" itu. Siapkah kita?
Jurus Pungkasan (Kedelapan),
Tentukan vonis hukuman jika Anda lalai memenuhi target ibadah Anda. Ini wajib. Tanpa 'uqubah (baca: hukuman), Anda akan memandang remeh kelalaian. Abu Tholhah pernah shalat Dhuha di tengah kebunnya. Tapi, kekhusyukannya terganggu oleh kicau burung. Akibatnya, ia lupa jumlah rakaat shalat. Abu Tholhah menghukum diri dengan menginfakkan kebun itu.
Tentu Anda tak perlu seekstrem itu. Misalnya, jika kesiangan tak sempat shalat lail, Anda bisa menghukum diri dengan mengerjakan shalat Dhuha plus sedekah mengasih makan satu dua orang miskin. jika tidak baca Alquran sehari, esoknya harus dirapel plus hukuman membersihkan masjid,Dll.
siapkan mental hadapi UN 2013
Market day
outbound
daftar nama peserta sertifikasi guru 2013
info kuliah gratis
KULIAH GRATIS... Bantu broadcast
please!!
LANGSUNG KERJA
Ada 7 Info Perguruan Tinggi Kedinasan
yang mungkin bermanfaat buat Anak Sendiri, Keponakan, atau Anak Tetangga
yang ingin kuliah tapi gak pengen membebani biaya kuliah kepada Orang
Tua.
Selain itu, begitu tamat kuliah, langsung ditempatkan di
Kementerian/Lembaga RI yang terkait.
1. STIS – di bawah Badan Pusat
Statistik (dapat uang saku per bulannya Rp. 850.000), pendaftaran online
(4 april s.d. 20 Mei 2013 di www.stis.ac.id).
Lokasi kuliah Jakarta
... 2. AKAMIGAS-STEM – Akademi Minyak dan Gas
Bumi (Sekolah Tinggi Enerji dan Mineral) di bawah Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral RI. Lokasi kuliah Cepu, Jawa Tengah (Kawasan Rig
dan pengeboran minyak) – Info bisa dilihat di www.akamigas-stem.esdm.go.id
3. MMTC – Sekolah Tinggi Multi Media Training Center di bawah
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo).
Pendaftaran
online di www.mmtc.ac.id.
Lokasi kuliah di Yogyakarta
4. STSN – Sekolah Tinggi Sandi Negara –
di bawah Lembaga sandi Negara. Pendaftaran online di
www.stsn-nci.ac.id
Lokasi kuliah di Bogor
5. STKS – Sekolah Tinggi Kesejahteraan
Sosial di bawah Kementerian Sosial RI. Pendaftaran offline di Kemensos
RI, Bandung, Yogyakarta, Padang, Banjarmasin, Makassar, Jayapura, Palu.
Info diwww.stks.ac.id
6. STPN – Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional
di bawah Badan Pertanahan Nasional RI.
Pendaftaran online di www.stpn.ac.id
Lokasi kuliah Yogyakarta
7. IPDN – Institut Pemerintahan Dalam
Negeri di bawah Kementerian Dalam Negeri RI.
Pendaftaran offline di
Bagian Kepegawaian Daerah Kabupaten/ Kota seluruh Indonesia.
Lokasi
kuliah Jakarta, Pekanbaru, Manado, Bukittinggi, Makassar.
Bisa
disebarkan ke Anak atau Saudara Kita yg baru lulus SLTALihat
Selengkapnya
LANGSUNG KERJA
Ada 7 Info Perguruan Tinggi Kedinasan yang mungkin bermanfaat buat Anak Sendiri, Keponakan, atau Anak Tetangga yang ingin kuliah tapi gak pengen membebani biaya kuliah kepada Orang Tua.
Selain itu, begitu tamat kuliah, langsung ditempatkan di Kementerian/Lembaga RI yang terkait.
1. STIS – di bawah Badan Pusat Statistik (dapat uang saku per bulannya Rp. 850.000), pendaftaran online (4 april s.d. 20 Mei 2013 di www.stis.ac.id). Lokasi kuliah Jakarta
... 2. AKAMIGAS-STEM – Akademi Minyak dan Gas Bumi (Sekolah Tinggi Enerji dan Mineral) di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI. Lokasi kuliah Cepu, Jawa Tengah (Kawasan Rig dan pengeboran minyak) – Info bisa dilihat di www.akamigas-stem.esdm.go.id
3. MMTC – Sekolah Tinggi Multi Media Training Center di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo).
Pendaftaran online di www.mmtc.ac.id. Lokasi kuliah di Yogyakarta
4. STSN – Sekolah Tinggi Sandi Negara – di bawah Lembaga sandi Negara. Pendaftaran online di
www.stsn-nci.ac.id
Lokasi kuliah di Bogor
5. STKS – Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial di bawah Kementerian Sosial RI. Pendaftaran offline di Kemensos RI, Bandung, Yogyakarta, Padang, Banjarmasin, Makassar, Jayapura, Palu.
Info diwww.stks.ac.id
6. STPN – Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional di bawah Badan Pertanahan Nasional RI.
Pendaftaran online di www.stpn.ac.id Lokasi kuliah Yogyakarta
7. IPDN – Institut Pemerintahan Dalam Negeri di bawah Kementerian Dalam Negeri RI.
Pendaftaran offline di Bagian Kepegawaian Daerah Kabupaten/ Kota seluruh Indonesia.
Lokasi kuliah Jakarta, Pekanbaru, Manado, Bukittinggi, Makassar.
Bisa disebarkan ke Anak atau Saudara Kita yg baru lulus SLTALihat Selengkapnya
Empat Kejahatan Orang Tua Terhadap Anak
Bahkan dalam shalat pun Rasulullah saw. tidak melarang anak-anak dekat dengan beliau. Hal ini kita dapat dari cerita Abi Qatadah, “Suatu ketika Rasulullah saw. mendatangi kami bersama Umamah binti Abil Ash –anak Zainab, putri Rasulullah saw.—Beliau meletakkannya di atas bahunya. Beliau kemudian shalat dan ketika rukuk, Beliau meletakkannya dan saat bangkit dari sujud, Beliau mengangkat kembali.” (HR. Muslim dalam Kitab Masajid wa Mawadhi’ush Shalah, hadits nomor 840).
Peristiwa itu bukan kejadian satu-satunya yang terekam dalam sejarah. Abdullah bin Syaddad juga meriwayatkan dari ayahnya bahwa, “Ketika waktu datang shalat Isya, Rasulullah saw. datang sambil membawa Hasan dan Husain. Beliau kemudian maju (sebagai imam) dan meletakkan cucunya. Beliau kemudian takbir untuk shalat. Ketika sujud, Beliau pun memanjangkan sujudnya. Ayahku berkata, ‘Saya kemudian mengangkat kepalaku dan melihat anak kecil itu berada di atas punggung Rasulullah saw. yang sedang bersujud. Saya kemudian sujud kembali.’ Setelah selesai shalat, orang-orang pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, saat sedang sujud di antara dua sujudmu tadi, engkau melakukannya sangat lama, sehingga kami mengira telah terjadi sebuha peristiwa besar, atau telah turun wahyu kepadamu.’ Beliau kemudian berkata, ‘Semua yang engkau katakan itu tidak terjadi, tapi cucuku sedang bersenang-senang denganku, dan aku tidak suka menghentikannya sampai dia menyelesaikan keinginannya.” (HR. An-Nasai dalam Kitab At-Thathbiq, hadits nomor 1129).
Usamah bin Zaid ketika masih kecil punya kenangan manis dalam pangkuan Rasulullah saw. “Rasulullah saw. pernah mengambil dan mendudukkanku di atas pahanya, dan meletakkan Hasan di atas pahanya yang lain, kemudian memeluk kami berdua, dan berkata, ‘Ya Allah, kasihanilah keduanya, karena sesungguhnya aku mengasihi keduanya.’” (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5544).
Begitulah Rasulullah saw. bersikap kepada anak-anak. Secara halus Beliau mengajarkan kepada kita untuk memperhatikan anak-anaknya. Beliau juga mencontohkan dalam praktik bagaimana bersikap kepada anak dengan penuh cinta, kasih, dan kelemahlembutan.
Karena itu, setiap sikap yang bertolak belakang dengan apa-apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., adalah bentuk kejahatan kepada anak-anak. Setidak ada ada empat jenis kejahatan yang kerap dilakukan orang tua terhadap anaknya.
Kejahatan pertama: memaki dan menghina anak
Bagaimana orang tua dikatakan menghina anak-anaknya? Yaitu ketika seorang ayah menilai kekurangan anaknya dan memaparkan setiap kebodohannya. Lebih jahat lagi jika itu dilakukan di hadapan teman-teman si anak. Termasuk dalam kategori ini adalah memberi nama kepada si anak dengan nama yang buruk.
Seorang lelaki penah mendatangi Umar bin Khattab seraya mengadukan kedurhakaan anaknya. Umar kemudian memanggil putra orang tua itu dan menghardiknya atas kedurhakaannya. Tidak lama kemudan anak itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah sang anak memiliki hak atas orang tuanya?”
“Betul,” jawab Umar.
“Apakah hak sang anak?”
“Memilih calon ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang baik, dan mengajarkannya Al-Qur’an,” jawab Umar.
“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku tidak melakukan satu pun dari apa yang engkau sebutkan. Adapun ibuku, ia adalah wanita berkulit hitam bekas hamba sahaya orang majusi; ia menamakanku Ju’lan (kumbang), dan tidak mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur’an,” kata anak itu.
Umar segera memandang orang tua itu dan berkata kepadanya, “Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.”
Rasulullah saw. sangat menekankan agar kita memberi nama yang baik kepada anak-anak kita. Abu Darda’ meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama ayah kalian, maka perbaikilah nama kalian.” (HR. Abu Dawud dalam Kitab Adab, hadits nomor 4297).
Karena itu Rasulullah saw. kerap mengganti nama seseorang yang bermakna jelek dengan nama baru yang baik. Atau, mengganti julukan-julukan yang buruk kepada seseorang dengan julukan yang baik dan bermakna positif. Misalnya, Harb (perang) menjadi Husain, Huznan (yang sedih) menjadi Sahlun (mudah), Bani Maghwiyah (yang tergelincir) menjadi Bani Rusyd (yang diberi petunjuk). Rasulullah saw. memanggil Aisyah dengan nama kecil Aisy untuk memberi kesan lembut dan sayang.
Jadi, adalah sebuah bentuk kejahatan bila kita memberi dan memanggil anak kita dengan sebutan yang buruk lagi dan bermakna menghinakan dirinya.
Kejahatan kedua: melebihkan seorang anak dari yang lain
Memberi lebih kepada anak kesayangan dan mengabaikan anak yang lain adalah bentuk kejahatan orang tua kepada anaknya. Sikap ini adalah salah satu faktor pemicu putusnya hubungan silaturrahmi anak kepada orang tuanya dan pangkal dari permusuhan antar saudara.
Nu’man bin Basyir bercerita, “Ayahku menginfakkan sebagian hartanya untukku. Ibuku –’Amrah binti Rawahah—kemudian berkata, ‘Saya tidak suka engkau melakukan hal itu sehinggi menemui Rasulullah.’ Ayahku kemudian berangkat menemui Rasulullah saw. sebagai saksi atas sedekah yang diberikan kepadaku. Rasulullah saw. berkata kepadanya, ‘Apakah engkau melakukan hal ini kepada seluruh anak-anakmu?’ Ia berkata, ‘Tidak.’ Rasulullah saw. berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah kepada anak-anakmu.’ Ayahku kemudian kembali dan menarik lagi sedekah itu.” (HR. Muslim dalam Kitab Al-Hibaat, hadits nomor 3055).
Dan puncak kezaliman kepada anak adalah ketika orang tua tidak bisa memunculkan rasa cinta dan sayangnya kepada anak perempuan yang kurang cantik, kurang pandai, atau cacat salah satu anggota tubuhnya. Padahal, tidak cantik dan cacat bukanlah kemauan si anak. Apalagi tidak pintar pun itu bukanlah dosa dan kejahatan. Justru setiap keterbatasan anak adalah pemacu bagi orang tua untuk lebih mencintainya dan membantunya. Rasulullah saw. bersabda, “Rahimallahu waalidan a’aana waladahu ‘ala birrihi, semoga Allah mengasihi orang tua yang membantu anaknya di atas kebaikan.” (HR. Ibnu Hibban)
Kejahatan ketiga: mendoakan keburukan bagi si anak
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tsalatsatu da’awaatin mustajaabaatun: da’watu al-muzhluumi, da’watu al-musaafiri, da’watu waalidin ‘ala walidihi; Ada tiga doa yang dikabulkan: doa orang yang teraniaya, doa musafir, dan doa (keburukan) orang tua atas anaknya.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Birr wash Shilah, hadits nomor 1828)
Entah apa alasan yang membuat seseorang begitu membenci anaknya. Saking bencinya, seorang ibu bisa sepanjang hari lidahnya tidak kering mendoakan agar anaknya celaka, melaknat dan memaki anaknya. Sungguh, ibu itu adalah wanita yang paling bodoh. Setiap doanya yang buruk, setiap ucapan laknat yang meluncur dari lidahnya, dan setiap makian yang diucapkannya bisa terkabul lalu menjadi bentuk hukuman bagi dirinya atas semua amal lisannya yang tak terkendali.
Coba simak kisah ini. Seseorang pernah mengadukan putranya kepada Abdullah bin Mubarak. Abdullah bertanya kepada orang itu, “Apakah engkau pernah berdoa (yang buruk) atasnya.” Orang itu menjawab, “Ya.” Abdullah bin Mubarak berkata, “Engkau telah merusaknya.”
Na’udzubillah! Semoga kita tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan orang itu. Bayangkan, doa buruk bagi anak adalah bentuk kejahatan yang akan menambah rusak si anak yang sebelumnya sudah durhaka kepada orang tuanya.
Kejahatan keempat: tidak memberi pendidikan kepada anak
Ada syair Arab yang berbunyi, “Anak yatim itu bukanlah anak yang telah ditinggal orang tuanya dan meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan hina. Sesungguhnya anak yatim itu adalah yang tidak dapat dekat dengan ibunya yang selalu menghindar darinya, atau ayah yang selalu sibuk dan tidak ada waktu bagi anaknya.”
Perhatian. Itulah kata kuncinya. Dan bentuk perhatian yang tertinggi orang tua kepada anaknya adalah memberikan pendidikan yang baik. Tidak memberikan pendidikan yang baik dan maksimal adalah bentuk kejahatan orang tua terhadap anak. Dan segala kejahatan pasti berbuah ancaman yang buruk bagi pelakunya.
Perintah untuk mendidik anak adalah bentuk realisasi iman. Perintah ini diberikan secara umum kepada kepala rumah tangga tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan dan kelas sosial. Setiap ayah wajib memberikan pendidikan kepada anaknya tentang agamanya dan memberi keterampilan untuk bisa mandiri dalam menjalani hidupnya kelak. Jadi, berilah pendidikan yang bisa mengantarkan si anak hidup bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Perintah ini diberikan Allah swt. dalam bentuk umum. “Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
Adalah sebuah bentuk kejahatan terhadap anak jika ayah-ibu tenggelam dalam kesibukan, sehingga lupa mengajarkan anaknya cara shalat. Meskipun kesibukan itu adalah mencari rezeki yang digunakan untuk menafkahi anak-anaknya. Jika ayah-ibu berlaku seperti ini, keduanya telah melanggar perintah Allah di surat Thaha ayat 132. “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”
Rasulullah saw. bersabda, “Ajarilah anak-anakmu shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (bila tidak melaksanakan shalat) pada usaia sepuluh tahun.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Shalah, hadits nomor 372).
Ketahuilah, tidak ada pemberian yang baik dari orang tua kepada anaknya, selain memberi pendidikan yang baik. Begitu hadits dari Ayyub bin Musa yang berasal dari ayahnya dan ayahnya mendapat dari kakeknya bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Maa nahala waalidun waladan min nahlin afdhala min adabin hasanin, tak ada yang lebih utama yang diberikan orang tua kepada anaknya melebihi adab yang baik.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Birr wash Shilah, hadits nomor 1875. Tirmidzi berkata, “Ini hadits mursal.”)
Semoga kita tidak termasuk orang tua yang melakukan empat kejahatan itu kepada anak-anak kita. Amin.