Sering kali dalam kehidupan ini kita ingin melakukan sebuah perubahan
tetapi tidaklah jarang kita kembali lagi pada posisi semula, karena
sebuah metode yang salah sehingga kita tidak mampu untuk membiasakan
sebuah aktivitas positif tersebut. Kita kadang terlalu rakus ingin
berubah seketika sehingga semua cara kita lakukan yang akhirnya semua
rencana kita hanya berjalan satu-dua hari dan paling hebat ya berjalan
satu bulan saja. Setelah itu kembali lagi pada kebiasaan dan karakter
yang lama lagi.
Nah, sebuah solisi yang menarik ketika dalam
hati kita terbesit keinginan untuk menjadi lebih baik lagi dari karakter
kita sekarang. Pada dasarnya sebuah perubahan adalah sebuah proses
pembiasaan dari karakter baru yang kita ingginkan dan untuk membentuk
karakter baru tersebut di butuhkan waktu yang panjang dengan komposisi
pembiasaan yang dilakukan sedikit demi sedikit sesuai dengan porsinya,
yang kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui perlu tidaknya porsi
tersebut di naikkan. Untuk memudahkan mensiasatinya, nah ada delapan
jurus maut untuk melanggengkan sebuah komitmen kita, jurusnya apa? Nih
saksikan dia adalah:
Jurus Pertama,
Pastikan niat yang kuat
untuk berubah menjadi lebih baik dan tidaklah hanya di dalam hati saja.
Sampaikan juga kepada seseorang. Alangkah baiknya kita ikrarkan di depan
guru ngaji kita, orang tua kita, pasangan hidup kita, atau kepada orang
yang kita anggap bisa memantau kita. Hal seperti itu biasa dilakukan
kalangan sufi. jika mau mengamalkan ibadah tertentu, misalnya puasa
Daud, seorang murid sufi membaiat gurunya. Namanya baiat amal. Dengan
begitu si murid punya komitmen lebih. Jika tidak menjalankan baiatnya,
yaitu puasa Daud, si murid bukan saja malu kepada Allah, tapi juga. malu
kepada gurunya. Kan , begitu biasanya, orang lebih malu kepada manusia
ketimbang malu kepada Allah swt.
Jurus Kedua,
Jangan serakah!
Anda tidak boleh berkeinginan melakukan semua ibadah sekaligus. Bisa
bisa semua kagak dilakuin. Ingat falsafah makan. Bayi tidak kita kasih
makanan nasi lengkap dengan lauk pauk yang beraneka ragam. Tapi, dimulai
dengan ASI dulu. Enam bulan kemudian baru dikenalkan dengan bubur.
Setelah punya gigi, bubur tim cocok untuknya. Kalau udah jadi bocah,
baru diberi makanan yang sama dengan orang tuanya. Itu pun bukan yang
pedas pedas.
Begitu juga dalam beribadah. Mulailah satu per
satu. Dari yang mudah dulu. Prinsipnya, biar sedikit yang penting awet.
Dan, kalau perlu Anda harus punya ibadah gacoan. Eh ... . ini bener!
Bilal bin Rabah masuk surga kan karena wudhunya gak putus putus. Kalau
batal, wudhu lagi. Kisah tiga orang yang terperangkap di gua juga
begitu. Mereka bertawashul dengan ibadah gacoan nya itu. Hasilnya, batu
penutup pintu gua pun bisa disingkirkan.
Jurus Ketiga,
Buat
check list atau media pemantau. Fungsinya untuk memantau kekonsistenan
kita dalam ibadah. Jangan andalkan daya ingat. Contrengan di check list
lebih akurat menggambarkan disiplin dan mood kita dalam beribadah.
Jurus
Keempat,
Paksakan diri untuk selalu berdisiplin. Dalam situasi apa
pun juga. Sebab, memanjakan diri sedikit saja dengan ketidakdisiplinkan
persis dengan membuat lobang kecil di bendungan. Akibatnya, tentu saja
bendungan itu akan jebol.
Jurus Kelima,
Cari teman yang punya
komitmen yang sama dengan kita. Ini penting. Disamping untuk membentuk
lingkungan yang kondusif, juga kita bisa melakukan aktivitas ibadah
bersama sama. Siapapun tahu komunalitas bisa menguatkan niat. Dalam
urusan yang negatif saja begitu. Misalnya, kalau bolos kuliah sendirian
ada perasan bersalah. Tapi, kalau bareng bareng sepuluh orang perasaan
itu hilang. Berantem sendiri sangat menyeramkan. Tapi, tawuran bersama
teman satu sekolahan, lain lagi.
Begitu juga ibadah. Shalat
tahajiud sendirian terasa berat nian. Namun, kalau bareng bareng lain
pasti adu panjang bacaannya. Jadi, beribadah bareng teman banyak
manfaatnya. Selain bisa menguatkan komitmen, juga bisa memvariasikan
aktivitas. Misalnya, buka puasa bersama setiap hari kamis sambil setor
hafalan Alquran atau hadits. Bisa juga shalat lail plus sahur Seninan
bareng.
Jurus Keenam,
Usahakan saling pantau dengan teman.
Check list kalau tidak ada yang ngontrol juga percuma dibuat. Kalau guru
ngaji kita sibuk, sahabat kita pun bisa didayagunakan untuk memantau
grafik, ibadah kita.
Jurus Ketujuh,
Lapangkan dada untuk
menerima nasihat. Ini perlu. Sebab, biasanya orang salah atau lalai
cenderung membuat seribu satu alasan. Itu biasa. Memang mekanisme
pertahanan diri itu ada pada diri siapa pun. Tapi, kalau ingin jadi
orang shalih dalam teribadah, tentu tidak begitu caranya. Koreksi dan
nasihat justru diperlukan untuk memetakan kelemahan kita. Dengan begitu
kita punya arah untuk memperbaiki diri. Yang kita siapakan Cuma dada
yang lapang untuk mau melihat peta 'salah" itu. Siapkah kita?
Jurus
Pungkasan (Kedelapan),
Tentukan vonis hukuman jika Anda lalai
memenuhi target ibadah Anda. Ini wajib. Tanpa 'uqubah (baca: hukuman),
Anda akan memandang remeh kelalaian. Abu Tholhah pernah shalat Dhuha di
tengah kebunnya. Tapi, kekhusyukannya terganggu oleh kicau burung.
Akibatnya, ia lupa jumlah rakaat shalat. Abu Tholhah menghukum diri
dengan menginfakkan kebun itu.
Tentu Anda tak perlu seekstrem
itu. Misalnya, jika kesiangan tak sempat shalat lail, Anda bisa
menghukum diri dengan mengerjakan shalat Dhuha plus sedekah mengasih
makan satu dua orang miskin. jika tidak baca Alquran sehari, esoknya
harus dirapel plus hukuman membersihkan masjid,Dll.
No comments:
Post a Comment