Visi SD Alam Al Ghifari Blitar

“Menjadi Sekolah Terdepan dalam Membentuk Generasi yang Berakhlak Mulia, Mandiri, Berprestasi yang Memiliki Wawasan Lingkungan Hidup dan IPTEK ”

8 Jurus meraih yang terbaik

Sering kali dalam kehidupan ini kita ingin melakukan sebuah perubahan tetapi tidaklah jarang kita kembali lagi pada posisi semula, karena sebuah metode yang salah sehingga kita tidak mampu untuk membiasakan sebuah aktivitas positif tersebut. Kita kadang terlalu rakus ingin berubah seketika sehingga semua cara kita lakukan yang akhirnya semua rencana kita hanya berjalan satu-dua hari dan paling hebat ya berjalan satu bulan saja. Setelah itu kembali lagi pada kebiasaan dan karakter yang lama lagi.

Nah, sebuah solisi yang menarik ketika dalam hati kita terbesit keinginan untuk menjadi lebih baik lagi dari karakter kita sekarang. Pada dasarnya sebuah perubahan adalah sebuah proses pembiasaan dari karakter baru yang kita ingginkan dan untuk membentuk karakter baru tersebut di butuhkan waktu yang panjang dengan komposisi pembiasaan yang dilakukan sedikit demi sedikit sesuai dengan porsinya, yang kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui perlu tidaknya porsi tersebut di naikkan. Untuk memudahkan mensiasatinya, nah ada delapan jurus maut untuk melanggengkan sebuah komitmen kita, jurusnya apa? Nih saksikan dia adalah:

Jurus Pertama,
Pastikan niat yang kuat untuk berubah menjadi lebih baik dan tidaklah hanya di dalam hati saja. Sampaikan juga kepada seseorang. Alangkah baiknya kita ikrarkan di depan guru ngaji kita, orang tua kita, pasangan hidup kita, atau kepada orang yang kita anggap bisa memantau kita. Hal seperti itu biasa dilakukan kalangan sufi. jika mau mengamalkan ibadah tertentu, misalnya puasa Daud, seorang murid sufi membaiat gurunya. Namanya baiat amal. Dengan begitu si murid punya komitmen lebih. Jika tidak menjalankan baiatnya, yaitu puasa Daud, si murid bukan saja malu kepada Allah, tapi juga. malu kepada gurunya. Kan , begitu biasanya, orang lebih malu kepada manusia ketimbang malu kepada Allah swt.

Jurus Kedua,
Jangan serakah! Anda tidak boleh berkeinginan melakukan semua ibadah sekaligus. Bisa bisa semua kagak dilakuin. Ingat falsafah makan. Bayi tidak kita kasih makanan nasi lengkap dengan lauk pauk yang beraneka ragam. Tapi, dimulai dengan ASI dulu. Enam bulan kemudian baru dikenalkan dengan bubur. Setelah punya gigi, bubur tim cocok untuknya. Kalau udah jadi bocah, baru diberi makanan yang sama dengan orang tuanya. Itu pun bukan yang pedas pedas.

Begitu juga dalam beribadah. Mulailah satu per satu. Dari yang mudah dulu. Prinsipnya, biar sedikit yang penting awet. Dan, kalau perlu Anda harus punya ibadah gacoan. Eh ... . ini bener! Bilal bin Rabah masuk surga kan karena wudhunya gak putus putus. Kalau batal, wudhu lagi. Kisah tiga orang yang terperangkap di gua juga begitu. Mereka bertawashul dengan ibadah gacoan nya itu. Hasilnya, batu penutup pintu gua pun bisa disingkirkan.

Jurus Ketiga,
Buat check list atau media pemantau. Fungsinya untuk memantau kekonsistenan kita dalam ibadah. Jangan andalkan daya ingat. Contrengan di check list lebih akurat menggambarkan disiplin dan mood kita dalam beribadah.

Jurus Keempat,
Paksakan diri untuk selalu berdisiplin. Dalam situasi apa pun juga. Sebab, memanjakan diri sedikit saja dengan ketidakdisiplinkan persis dengan membuat lobang kecil di bendungan. Akibatnya, tentu saja bendungan itu akan jebol.

Jurus Kelima,
Cari teman yang punya komitmen yang sama dengan kita. Ini penting. Disamping untuk membentuk lingkungan yang kondusif, juga kita bisa melakukan aktivitas ibadah bersama sama. Siapapun tahu komunalitas bisa menguatkan niat. Dalam urusan yang negatif saja begitu. Misalnya, kalau bolos kuliah sendirian ada perasan bersalah. Tapi, kalau bareng bareng sepuluh orang perasaan itu hilang. Berantem sendiri sangat menyeramkan. Tapi, tawuran bersama teman satu sekolahan, lain lagi.

Begitu juga ibadah. Shalat tahajiud sendirian terasa berat nian. Namun, kalau bareng bareng lain pasti adu panjang bacaannya. Jadi, beribadah bareng teman banyak manfaatnya. Selain bisa menguatkan komitmen, juga bisa memvariasikan aktivitas. Misalnya, buka puasa bersama setiap hari kamis sambil setor hafalan Alquran atau hadits. Bisa juga shalat lail plus sahur Seninan bareng.

Jurus Keenam,
Usahakan saling pantau dengan teman. Check list kalau tidak ada yang ngontrol juga percuma dibuat. Kalau guru ngaji kita sibuk, sahabat kita pun bisa didayagunakan untuk memantau grafik, ibadah kita.

Jurus Ketujuh,
Lapangkan dada untuk menerima nasihat. Ini perlu. Sebab, biasanya orang salah atau lalai cenderung membuat seribu satu alasan. Itu biasa. Memang mekanisme pertahanan diri itu ada pada diri siapa pun. Tapi, kalau ingin jadi orang shalih dalam teribadah, tentu tidak begitu caranya. Koreksi dan nasihat justru diperlukan untuk memetakan kelemahan kita. Dengan begitu kita punya arah untuk memperbaiki diri. Yang kita siapakan Cuma dada yang lapang untuk mau melihat peta 'salah" itu. Siapkah kita?

Jurus Pungkasan (Kedelapan),
Tentukan vonis hukuman jika Anda lalai memenuhi target ibadah Anda. Ini wajib. Tanpa 'uqubah (baca: hukuman), Anda akan memandang remeh kelalaian. Abu Tholhah pernah shalat Dhuha di tengah kebunnya. Tapi, kekhusyukannya terganggu oleh kicau burung. Akibatnya, ia lupa jumlah rakaat shalat. Abu Tholhah menghukum diri dengan menginfakkan kebun itu.

Tentu Anda tak perlu seekstrem itu. Misalnya, jika kesiangan tak sempat shalat lail, Anda bisa menghukum diri dengan mengerjakan shalat Dhuha plus sedekah mengasih makan satu dua orang miskin. jika tidak baca Alquran sehari, esoknya harus dirapel plus hukuman membersihkan masjid,Dll.

0 komentar:

Post a Comment