dakwatuna.com - Apa yang salah pada Nabi Nuh
‘alaihissalam? Ia seorang nabi sekaligus utusan Allah ‘Azza wa Jalla.
Imannya jangan ditanya, sudah tentu sangat terjaga. Tidak mungkin ada
nabi yang imannya meragukan. Hidupnya selalu dalam petunjuk karena Allah
Ta’ala sendiri yang membimbingnya. Akhlaknya? Pasti mulia. Bagaimana
mungkin seseorang menjadi nabi dan menebar dakwah ke mana-mana jika ia
tidak memiliki akhlak yang luar biasa baiknya? Seorang nabi sudah jelas
amat kuat penjagaannya dari hal-hal yang meragukan (syubhat), apalagi
dari yang haram. Tetapi, apakah semua kemuliaan itu menjadikan anaknya
berada dalam barisan orang-orang yang beriman? Tidak. Justru sebaliknya,
putra Nabi Nuh ‘alaihissalam menjadi pendurhaka. Hingga detik-detik
terakhir hidupnya, ia masih diseru oleh ayahnya –Nabi
Nuh‘alaihissalam—untuk masuk dalam barisan orang beriman. Tetapi ia
menolak.
Apa yang bisa kita renungkan dari kejadian itu? Banyak
hal. Salah satunya adalah pelajaran berharga betapa kita tidak kuasa
untuk menggenggam jiwa anak-anak kita sendiri. Betapa pun amat besar
keinginan kita untuk menjadikan anak-anak kita termasuk golongan orang
beriman, tetapi kita tidak punya kekuatan untuk menggerakkan jiwa
mereka. Kita hanya bisa memengaruhi mereka, mendorong mereka, dan
menyeru mereka kepada kebaikan. Kita hanya dapat bermunajat kepada Allah
Taala yang jiwa mereka dalam genggaman-Nya.
Dari ayat ini kita
juga belajar tentang tulusnya cinta seorang ayah kepada anak. Betapa pun
anaknya telah melakukan kedurhakaan yang nyata, seorang ayah tetap
masih memiliki tabungan harapan yang sangat besar agar anaknya kembali
kepada jalan takwa. Betapa pun tampaknya sudah hampir tak mungkin,
seorang ayah masih akan berusaha memanfaatkan detik-detik terakhir
kesempatannya untuk mengingatkan, menasihati dan menyelamatkan anaknya.
Meskipun telah jelas kekufuran melekat kuat pada anaknya, masih ada
harapan yang besar agar ia kembali ke jalan Allah. Masih ada doa-doa
yang terucap untuk memohon pertolongan-Nya.
Ada yang perlu kita
renungkan. Ada yang perlu kita telusuri untuk menemukan jawaban.
Ikuti
perbincangan tentang kepengasuhan ini bersama Mohammad Fauzil Adhim
(Salah seorang penulis dan konsultan Parenting Islami), acara
bincang-bincang dengan dia sekaligus Soft Launching dari bukunya yang
berjudul ‘Segenggam Iman Anak Kita’ yang insya Allah akan diterbitkan
Pro-U Media. Insya Allah akan diadakan pada hari Ahad, 3 Maret 2013, jam
13.00 WIB di Islamic Book Fair, Ruang Anggrek (Lt 2) Istora Senayan
Jakarta. Acara ini gratis untuk umum, silakan hadir mengajak teman,
keluarga dan masyarakat lainnya.
0 komentar:
Post a Comment